Badan Lingkungan Inggris Peringatkan Pemerintah, Masyarakat, Dan Perusahaan Terhadap Perubahan Iklim Ekstrem Pemasanan Global
Jakarta - Ratusan orang bisa meninggal dalam banjir di Inggris, Badan Lingkungan Inggris telah keras memperingatkan dalam sebuah laporan yang mengatakan negaranya tidak siap untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Awal 2021 di Jerman, puluhan orang tewas akibat banjir imbas dari perubahan iklim.
"Itu akan terjadi di negara ini cepat atau lambat", kecuali Inggris
menjadi lebih tangguh terhadap cuaca yang lebih ekstrem karena perubahan
iklim, kata Badan Lingkungan Inggris tersebut menyimpulkan. Melansir
BBC pada Rabu (13/10/2021), Emma Howard Boyd, Ketua Badan Lingkungan
Inggris berkata, "Ini adalah tentang beradaptasi atau mati."
Peringatan keras Badan Lingkungan Inggris sengaja digaungkan untuk
menyadarkan pemerintah, perusahaan, dan masyarakat tentang dampak
terburuk perubahan iklim dari pemanasan international, seperti naiknya
permukaan air laut, curah hujan tinggi, dan kekeringan yang lebih
ekstrem.
Departemen Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan (DEFRA) mengatakan sedang mengambil langkah-langkah kunci untuk melindungi Inggris dari efek pemanasan global. Saat ini, Bumi sedang menuju peningkatan suhu rata-rata global di bawah 3 Celcius pada akhir abad ini.
Namun DEFRA memproyeksikan bahwa kenaikan suhu 2 Celcius saja dapat memberikan dampak ekstrem terhadap lingkungan, seperti pertama, curah hujan musim dingin naik sebesar 6 persen pada 2050-an, dan naik 8 persen pada 2080-an (dibandingkan dengan 1981-2000).
Kedua, curah hujan musim panas turun sekitar 15 persen pada
2050-an. Ketiga, permukaan air laut di London naik 23 cm pada 2050-an
dan 45 cm pada 2080-an. Keempat, pada 2050-an, arus sungai puncak bisa naik 27 persen, sementara arus musim panas bisa turun sebanyak 82 persen.
Keempat, memberikan tambahan 3,4 miliar liter air ekstra yang dibutuhkan
setiap hari sebelum 2050, di atas 15 miliar yang digunakan sekarang.
"Kita dapat berhasil mengatasi darurat iklim, jika kita melakukan hal
yang benar, tetapi kita kehabisan waktu untuk menerapkan langkah-langkah
adaptasi yang efektif,"kata Howard Boyd.
"Sekitar 200 orang tewas
dalam banjir musim panas ini di Jerman. Itu (banjir mematikan) akan
terjadi di negara ini cepat atau lambat betapapun tinggi kita membangun
pertahanan banjir,"ujar Howard Boyd. "Kecuali jika kita juga membuat
tempat-tempat di mana kita tinggal, bekerja, dan bepergian tahan
terhadap dampak yang lebih besar dari cuaca buruk yang dibawa oleh
keadaan darurat iklim,"ungkapnya.
DEFRA menyerukan pemikiran baru tentang perlindungan banjir, kemitraan
yang lebih erat antara pemerintah dan bisnis, dan proyek untuk
memulihkan sistem alam yang menyerap karbon dan menahan air hujan.
Howard Boyd menambahkan, "Dengan pendekatan yang tepat kita bisa lebih
aman dan lebih sejahtera. Jadi, mari kita bersiap, bertindak dan
bertahan hidup."
Hilangnya nyawa di Jerman pada Juli lalu adalah pengingat terakhir kali
banjir menyebabkan korban tewas besar-besaran di Inggris. Pada 1953,
gelombang badai menewaskan 307 orang di Inggris dan 19 di Skotlandia.
Tragedi itu memaksa pemikiran ulang radikal tentang perlindungan banjir
dan investasi besar-besaran dalam pertahanan pantai yang akhirnya
mengarah ke Thames Obstacle di London.
Komentar
Posting Komentar